Arsitektur LOBO dan Pergeseran Nilai Budaya

Bangunan Lobo pertama di Ngata Toro
(Dok. Armand Zurhaar)
Suku-suku bangsa (etnis) yang tersebar dan mendiami seluruh wilayah Indonesia mempunyai corak  arsitektur tradisional yang beraneka ragam dan memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lain.  Namun keaneka ragaman itu adalah wujud dari kebudayaan daerah yang memperkaya khasanah kebudayaan nasional Indonesia.  Keaneka ragaman arsitektur tradisional ini terbentuk karena adanya interaksi antara alam fisik dan daya pikir suatu suku bangsa. Arsitektur tradisional merupakan suatu hasil kebudayaan yang tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan suatu suku bangsa. Oleh sebab itu arsitektur tradisional merupakan salah satu identitas dari pendukung kebudayaan. Dalam arsitektur tradisional itu terpadu wujud ideal, wujud sosial, dan wujud material dari suatu kebudayaan. Apabila wujud-wujud kebudayaan itu dihayati dan diamalkan oleh  masyarakat pendukung kebudayaannya, maka akan melahirkan rasa cinta dan bangga terhadap ciri arsitektur tradisionalnya. Pembangunan yang dilaksanakan hingga saat ini sebagian besar merupakan proses pembaharuan di segala bidang. Pembangunan yang diiringi dengan modernisasi dapat juga mengakibatkan pergeseran nilai atau distorsi dalam bidang kebudayaan. Arsitektur tradisional sebagai hasil suatu kebudayaan tidak lepas dari dampak tersebut.  Pergeseran nilai budaya dalam suatu komunitas lambat laun akan merubah bentuk, struktur, dan fungsi dari arsitektur tradisional. Fenomena ini terjadi dalam masyarakat kita tanpa disadari dapat menjurus ke arah punahnya suatu bentuk arsitektur tradisional dalam komunitas tersebut. 


Arus globalisasi yang menerpa hampir seluruh wilayah di Indonesia merupakan salah satu dari penyebab bergesernya nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Era sekarang ini masyarakat cenderung lebih memilih kepada hal-hal yang bersifat praktis, ekonomis, dan dapat mendatangkan keuntungan pribadinya. Apabila pergeseran nilai-nilai budaya dalam kehidupan suatu suku bangsa di Sulawesi Tengah terus berlangsung tanpa adanya usaha untuk mengantisipasinya, maka warisan budaya leluhur yang merupakan identitas kebudayaan daerah dan menjadi salah satu aset dalam rangka mengembangkan kebudayaan daerah datanya tidak akan terselamatkan dan tidak dapat diketahui lagi oleh generasi yang akan datang. 

Arsitektur tradisional di Propinsi Sulawesi Tengah mempunyai bentuk, struktur, fungsi, ragam hias, dan teknik pembuatannya yang khas dan berbeda dengan arsitektur tradisional di daerah lain di Indonesia. Di Sulawesi Tengah terdapat 12 (dua belas) suku bangsa yang tinggal dan menyebar di daerah pesisir pantai, lembah, dan pegunungan. Setiap suku bangsa tersebut memiliki ciri arsitektur tradisional berbeda satu sama lain yang dipengaruhi dan disesuaikan dengan keadaan lingkungannya.

Lobo adalah salah satu bentuk bangunan tradisional pada suku bangsa Kulawi yang berada dalam wilayah Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Pada masa lampau, bangunan Lobo memiliki peranan yang besar dalam kehidupan suku bangsa Kulawi. Lobo tidak saja berfungsi praktis, akan tetapi berperan penting dalam kehidupan sosial dan religius. Namun ironisnya, kondisi atau keberadaan bangunan tradisional Lobo dalam masyarakat Kulawi saat ini telah terancam mengalami kepunahan. Sebagian besar bangunan yang dibuat saat ini telah mengambil gaya arsitektur modern dengan pola tersendiri yang disesuaikan  kemampuan ekonomi, kebutuhan praktis serta pengetahuan dari masing-masing pemiliknya atau perancangnya. Fenomena pergeseran nilai-nilai budaya, penyelamatan warisan kebudayaan daerah serta belum lengkapnya data tentang arsitektur tradisional Lobo adalah merupakan suatu masalah yang mendorong perlu adanya usaha pelestarian kebudayaan daerah melalui inventarisasi, dokumentasi, serta pengkajian.

Comments

Popular Posts