TAU NISASA ; Konsepsi Tubuh pada Prosesi Kematian
Dipentaskan pada World Dance Day 24Jam Menari, ISI Surakarta (29 April 2013)
TAU NISASA (Dok. Wandy, 2013) |
TAU NISASA (Dok. Wandy, 2013) |
TAU NISASA (Dok. Wandy, 2013) |
Konsepsi ruang pada pertunjukan ini adalah tubuh penari. Sejarah tubuh perempuan tak lepas dari konsekuensi logis sejarah patriakal (laki-laki) dan ekonomi. Tubuh menjadi tidak mengenal dirinya sendiri. Dalam konteks dunia tari, kostum menjadi hal penting bagi koreografer dalam pencapaian ekstetiknya. Berpola pada ragam gerak kontemporer dengan sumber gerak Salonde dan Raego, koreografer mempunyai tafsir yang berbeda dalam menyikapi artistik tubuh. Apakah transbody dan desain bisa membongkar personalisasi penari agar terbebas dari bentuknya sendiri-menjadi satu kesatuan elemen dari simbol-simbol dan identitas? Dan bagaimanakah perjalanan kreatif kostum dalam menandai dan memaknai tubuh, gerak, cahaya hingga menyatu menjadi satu kesatuan dalam tata rupa panggung? Sudahkah elemen-elemencostumers, movements, expressions, menjadi satu keutuhan koreografi? Dan bagaimana transenden tari tradisi disikapi dalam perspektif kekinian? dan isu perempuan selalu memiliki dinamikanya sendiri yaitu berusaha menjaga retorika “wanita” dengan semangat yang dikobarkan.
![]() |
Poster TAU NISASA (Dok. Ichen, 2013) |
Karya ini akan dipentaskan pada World Dance Day. World Dance Day adalah sebuah event tari tahunan yang diselenggarakan oleh Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta. Event ini bertajuk “24 Jam Menari” yang akan diikuti oleh 10.000 pelaku tari di seluruh wilayah Indonesia dan mancanegara karena merupakan puncak perayaan Hari Tari Dunia. World Dance Day (WDD) dengan tajuk “ SOLO 24 Jam Menari” sebuah pengelolaan jaringan bahwa tari masih tetap tumbuh dan berfungsi di segala lapisan masyarakat.
Comments
Post a Comment
Tabe !