Sebaik-baiknya Salam Budaya adalah TABE
Bulan lalu 24 November 2014 di Auditorium Museum Sulawesi Tengah terjadi sebuah pemandangan yang tak biasa...iya, untuk sebagian orang berpikiran maju dan serius mungkin ini sangat luar biasa tapi bagi mereka yang hanya berpikir expres pasti merka langsung mengkerutkan dahinya dan akan berkata dalam hati "apa ini...???"
Pemandangan itu datangnnya dari Komunitas Seni Tadulako yang sedang perform diatas panggung terdiri dari 5 pekerja seni mereka menuturkan sebuah kritik pedas..pedas bagi orang-orang yang selama ini sudah terlalu lama membiarkan sebuah budaya aneh masuk dan merasuki otak anak-anak muda yang berada di beberapa lembaga.
Komunitas Seni Tadulako, sebuah komunitas yang hingga detik masih menunjukkan proses mereka dan menjadi salah satu pioner bagi beberapa proses pelaku seni muda di Kota Palu, mengkritik dan menyampaikan pesan melalui karya mereka "Salam Budaya...TABE".
Di Kota Palu sejak tiga tahun terkakhir sangat marak beberapa komunitas seni lintas wilayah atau sebutlah sanggar-sanggar seni yang sering mengadakan silahturahmi kesenian antar kelurahan di Kota Palu, disetiap acara mereka selalu membuka dengan kalimat "Salam Budaya" dan kemudian akan secara spontan di jawab oleh penonton atau peserta yang dihadir dengan jawab seperti ini "Hee hee..hee hee..hee ..." yahh semacam itulah dengan sekencang-kencangnya. Entah dari mana asalnya jawaban dari sebuah salam budaya ini, namun ini sudah sangat jelas semakin merusak bukan hanya gendang telinga tapi sosio culture kita. Dari mana?Siapa yang membawanya? Dan bagaimana sosialisasinya sehingga begitu cepat mewabah di masyarakat pekerja dan pelaku seni bahkan kini sudah merambah di sanggar-sanggar kampus. Alhasil, pekerja seni kampus pun tak lagi mensortirnya dan mencari tahu kemudian turut serta menjadi penyebarnya.
Salam Budaya, dua kata ini sering didengung-dengungkan sebagai kalimat pembuka dalam beberapa event atau agenda kebudayaan bahkan dalaam bentuk tulisan pun kalimat ini selalu disertakan. Secara tak sadar kalimat ini sebagai perantara pembuka dialog kita dengan beberapa orang (baca : pelaku dan atau pekerja seni). Mungkin bagi beberapa orang kalimat ini tidaklah begitu spesial tapi jika melihat yang terjadi kini dengan salam budaya tersebut ada baiknya bersama-sama kita membuatnya menjadi lebih santun, filosofis dan mencerminkan kita.. Mengutip apa yang dikatakan oleh Sastrawan Kota Palu Emhan Saja "Kata kawanku Asia Ramli Prapanca, sebaik-baiknya salam adalah Tabe". Bahkan seorang sastrawan dan budayawan Makassar pun mengakui bahwa kata Tabe menjadi satu kata pembuka yang luar biasa santunnya.
Kata Tabe berarti permisi atau kata sapaan yang sifatnya sangat halus. diucapkan lewat didepan orang, khususnya bagi orang-orang yang kita hormati, teman, sahabat, orang tua atau siapa pun yang kita hormati. Mengucapaknya sambil menatap dengan ramah kepada orang di depan kita. Dalam komunikasi sosial kata TABE adalah kata sopan, dan sebagai kata yang sopan orang yang mengucapkannya akan mendapatkan apresiasi dari orang sekitarnya.
Dan saat mengembalikan kata santun ini ke dalam pribadi pekerja seni muda kita sebagai apresiasi dari sebuah salam budaya. bukanlah teriakan atau pekikan tak berarah dan tidak jelas muasalnya..,Salam Budaya TABE...Salam Budaya TABE...Salam Budaya TABE !
Dan sebaik-baiknya salam budaya adalah TABE.
Comments
Post a Comment
Tabe !