TAK CUKUP HANYA BERKATA "VIVA TEATER" ; Sebuah Catatan Menuju Panggung Teater "TANDA SILANG"-Eugine O'Neill
#onthe50days
Indonesia saat ini menjadi salah satu negara yang menjadi pembicaraan di ruang-ruang terbuka di belahan dunia ini. Melalui berbagai macam problematika yang terjadi, baik politiknya, kehidupan sosial budayanya, kasus-kasus hukum yang tak berhenti mengalir di semua media, dan masih banyak problem-problem menarik lainnya.
Hidup di Indonesia seolah menjanjikan sebuah cerita yang panjang, baik atau buruknya itu adalah pilihan dari si pelaku ceritanya sendiri. Karena pada dasarnya para pelaku-pelaku tersebut telah memainkan peran mereka dengan sangat sempurna. Indonesia kini adalah serupa panggung teater yang memerankan beragam tokoh-tokoh menarik didalamnya, antagonis maupun protagonis. Tokoh-tokoh inilah yang bisa jadi panutan, namun bisa juga menjadi sasaran cibiran dari orang-orang. Ibarat sebuah pertunjukan, Indonesia menjadi gedungnya dan orang-orang berpengaruh serta memiliki peranan didalmnya adalah para aktornya.
Teater salah satu jenis kesenian yang cukup tua dan cepat berkembang ke segala lapisan masyarakat, karena dianggap mampu menceritakan atau membawakan sebuah kisah diatas panggung yang secara tidak sadar kisah itu bisa saja terjadi dalam kehidupan kita, termasuk Indonesia saat ini. Teater juga memberikan nilai pendidikan bagi kalangan muda, cara kita mengkritik kerja atau memprotes ketidakadilan yang terjadi bisa melalui panggung teater. Sindiran-sindiran yang penuh makna, cerita berisi curahan kepedihan berada di republik ini seolah menjadi ide teater baru dalam panggung pertunjukan tanah air.
Dewasa ini Seni Teater bukan hal tabu, baik secara istilah (eksistensi) maupun penyajiannya. Berbagai kalangan mulai dari lapisan bawah sampai atas bahkan mulai dari pelajar sampai mahasiswa bahkan khalayak umum telah dapat mengakui dan bahkan menikmati serta memberikan apresiasi terhadap pertunjukan teater. Hal ini terbukti dengan adanya pemahaman serta berubahnya sudut pandang mereka dari yang apatis menuju yang apresiatif dan kritis pada setiap pertunjukan teater digelar, serta dibuktikan dengan bentuk nyata geliat pergerakan dan pertumbuhan kelompok teater.
Indonesia saat ini menjadi salah satu negara yang menjadi pembicaraan di ruang-ruang terbuka di belahan dunia ini. Melalui berbagai macam problematika yang terjadi, baik politiknya, kehidupan sosial budayanya, kasus-kasus hukum yang tak berhenti mengalir di semua media, dan masih banyak problem-problem menarik lainnya.
Hidup di Indonesia seolah menjanjikan sebuah cerita yang panjang, baik atau buruknya itu adalah pilihan dari si pelaku ceritanya sendiri. Karena pada dasarnya para pelaku-pelaku tersebut telah memainkan peran mereka dengan sangat sempurna. Indonesia kini adalah serupa panggung teater yang memerankan beragam tokoh-tokoh menarik didalamnya, antagonis maupun protagonis. Tokoh-tokoh inilah yang bisa jadi panutan, namun bisa juga menjadi sasaran cibiran dari orang-orang. Ibarat sebuah pertunjukan, Indonesia menjadi gedungnya dan orang-orang berpengaruh serta memiliki peranan didalmnya adalah para aktornya.
Teater salah satu jenis kesenian yang cukup tua dan cepat berkembang ke segala lapisan masyarakat, karena dianggap mampu menceritakan atau membawakan sebuah kisah diatas panggung yang secara tidak sadar kisah itu bisa saja terjadi dalam kehidupan kita, termasuk Indonesia saat ini. Teater juga memberikan nilai pendidikan bagi kalangan muda, cara kita mengkritik kerja atau memprotes ketidakadilan yang terjadi bisa melalui panggung teater. Sindiran-sindiran yang penuh makna, cerita berisi curahan kepedihan berada di republik ini seolah menjadi ide teater baru dalam panggung pertunjukan tanah air.
Dewasa ini Seni Teater bukan hal tabu, baik secara istilah (eksistensi) maupun penyajiannya. Berbagai kalangan mulai dari lapisan bawah sampai atas bahkan mulai dari pelajar sampai mahasiswa bahkan khalayak umum telah dapat mengakui dan bahkan menikmati serta memberikan apresiasi terhadap pertunjukan teater. Hal ini terbukti dengan adanya pemahaman serta berubahnya sudut pandang mereka dari yang apatis menuju yang apresiatif dan kritis pada setiap pertunjukan teater digelar, serta dibuktikan dengan bentuk nyata geliat pergerakan dan pertumbuhan kelompok teater.
Dari suatu pengamatan 10 tahun terakhir dalam program seni pertunjukan khususnya teater yang diselenggarakan di Perguruan Tinggi Seni maupun beberapa Lembaga-Lembaga Kebudayaan yang ada di Indonesia melalui program-program rutin ditambah dengan pertemuan para pelaku teater dalam bentuk Festival Teater ditingkat Lokal, Nasional dan Internasional yang diselenggaraan di beberapa kota di tanah air, kita dapat melihat telah banyak lahir aktor-aktor teater yang tampil di panggung pertunjukan. Telah banyak ruang yang diberikan kepada para pelaku teater ditanah air untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka dalam satu panggung.
Usai mementaskan sebuah naskah teater realis karya Prof. Bakdi Soemanto berjudul SEPASANG MERPATI TUA" di tahun 2014, kini Komunitas Seni Lobo kembali hadir dalam sebuah naskah realis yang mengawali rangkaian kegiatan Komunitas Seni Lobo sepanjang 2016 ini, bertajuk "TANDA SILANG" Where The Cross Is Made karya dari seorang dramawan dan penulis Amerika Eugine O'Neill, yang disadur oleh W.S Rendra. Harapan terbesar dari pertunjukan ini adalah melahirkan kembali minat masyarakat umum terhadap teater itu sendiri, khususnya di tingkatan pelajar. Mencoba mengembalikan memori-memori para teaterawan Sulawesi Tengah di masa sebelum kami, akankah pertunjukan ini menjadi titik balik lahirnya sebuah kenangan dan perenungan akan teater itu sendiri. Serta bagaimana pemerintah (baca : pejabat-pejabatnya --- terlebih lagi yang bernaung di SKPD Kebudayaan, Kesenian, Pendidikan, Pariwisata) mau menjadikan teater dan seni pertunjukan lainnya itu sebagai sebuah TONTONAN WAJIB, bahwa proses berbulan-bulan dari para seniman teater muda Kota Palu ini bukanlah kesenian 'dalam rangka' atau hanya sekedar seremonial yang sebagaimana sering mereka tonton dan asumsikan, sudah saatnya pejabat kita menjadwalkan TRIWULAN MENONTON SENI PERTUNJUKAN bukan hanya menerima honor Triwulan (ini akan lebih bermanfaat bagi mereka)
Bahwa teater adalah kehidupan. Sebelumnya belum pernah ada kesempatan seperti saat ini dimana kita semua berkewajiban untuk mencela kesia-siaan dari perang dan perbedaan doktrin yang sering membangkitkan keburukan mereka karena tak terbendung oleh hati nurani yang bertanggung jawab. Apa yang diharapkan dari sebuah pertunjukan teater saat ini? Bahwa teater memiliki sasaran bagi masyarakat luas sebagai bagian dari sebuah pertunjukan teater dan remaja ataupun pelajar yang dapat memberikan pemikiran baru kepada mereka tentang bentuk-bentuk kesenian serius, utamanya sebagai kritik sosial kepada pemerintah.
Comments
Post a Comment
Tabe !