Pertunjukan Teater TAU NISASA





Dimasa berkabung raja berlaku satu aturan kuat yaitu niombo, dimana petinggi kerajaan seperti baligau maupun galara memerintahkan kepada seluruh warga tidak diperbolehkan melakukan aktivitas dalam lingkungan kehidupan mereka, seperti membangun atau memperbaiki rumah, membersihkan lahan pertanian/ladang, memanen serta membagi hasil panen setelah vunja berlangsung  dan lainnya hingga berakhir masa berkabung (14 hari). 

Upacara kematian menjadi satu bagian daur hidup yang memiliki proses ritualisasinya sendiri. Dan sangat dihargai, memiliki ekspektasi sendiri bagi masyarakat Kaili. Penghormatan khusus kepada seseorang yang telah wafat/meninggal. Jika dalam masa berkabung tersebut, ada yang dengan sengaja melakukan aktivitas dilingkungannya maka ia akan mendapatkan bala’ atau hukuman yang diberikan langsung kepada mereka. Menjadi mabunto, dan akan menerima kesakitan pada tubuhnya karena telah melanggar yang telah dititahkan oleh pihak kerajaan.  Mereka yang mendapatkan hukuman ini disebut Tau Nisasa yaitu orang-orang yang mendapatkan siksa alam dikarenakan telah melanggar aturan serta ketentuan adat yang berlaku.  Mereka akan mengalami transendens pada tubuh mereka, bagian pada tubuh tertentu secara terus menerus kesakitan serasa dirasuki oleh kekuatan jahat.  Tau Nisasa akan secara terus menerus merasakan getaran pada tubuh hingga ia bisa disembuhkan oleh denda adat usai masa berkabung atau bisa jadi ia akan meninggal akibat sakit pada tubuhnya tersebut.

Dalam proses penyembuhan, pihak keluarga diwajibkan membayar denda, yang akan dilakukan proses penyembuhhan usai masa berkabung (melewati 14 hari).  Dan selama menjalani kesakitan pada diri juga tubuh, mereka dihibur oleh Vaino ataupun Valintumangi agar bisa menyesali apa yang telah mereka langgar. 

Konsep pertunjukan ini dikemas dengan konteks lokal, bagaimana mengemas cerita lokal dalam konsep kekinian. Penghadiran dialog-dialog aktor dalam pertunjukan ini menjadi senjata utama untuk membawa penonton masuk kedalam dimensi yang lain. Juga hal-hal yang coba dihadirkan adalah kekuatan spektakel (kejutan-kejutan kecil). Juga menghadirkan bentuk-bentuk vokal tradisi seperti Nompauva (nyanyian menidurkan anak), Vaino (nyanyian duka/ratapan) dan Valintumangi. Pertunjukan ini  juga menguatkan dari sisi musikal untuk menjaga suasana pertunjukan, yang kesemuanya menjadi satu bentuk kesatuan sebagai penghadiran teror agar bisa menarik penonton untuk masuk ke dalam suasana naskah yang dimainkan para aktor. 

Comments

Popular Posts